Jumat, 30 Maret 2012

kisaran mangsa serangga

J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109
96
Perhimpunan Entomologi Indonesia
Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia
tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) pada
Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
HENDRIVAL1), PURNAMA HIDAYAT*2) DAN ALI NURMANSYAH2)
1)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh, Jalan
Banda Aceh-Medan, Kampus UNIMAL Cot Tengku Nie, Reuleut,
Kabupaten Aceh Utara.
2)Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jalan
Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
(diterima Maret 2011, disetujui Juni 2011)
ABSTRAK
Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci (Gennadius)
(Hemiptera: Aleyrodidae) pada Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian tentang
keanekaragaman dan kelimpahan musuh alami Bemisia tabaci di pertanaman cabai
merah telah dilakukan di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY selama
musim kemarau Mei-Oktober 2009. Penelitian bertujuan untuk mempelajari
keanekaragaman dan kelimpahan spesies parasitoid dan predator dari B. tabaci.
Pengambilan sampel spesies parasitoid dan predator dilakukan dengan
menggunakan nampan kuning, jaring serangga, pengamatan langsung pada tajuk
tanaman, dan pengumpulan nimfa-nimfa B. tabaci. Keanekaragaman serangga
dihitung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon dan sebaran. Spesies
predator yang ditemukan di pertanaman cabai merah adalah Harmonia
octomaculata (Fabricius), Menochilus sexmaculata (Fabricius), Scymnus sp.,
Micraspis inops Mulsant, Coccinella sp., (Coleoptera: Coccinellidae), Paederus
fuscipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae), Orius sp. (Hemiptera: Anthocoridae),
Linyphiidae (Araneae), dan Syrphidae (Diptera). Parasitoid Eretmocerus sp. (Hymenoptera:
Aphelinidae) ditemukan memarasit nimfa-nimfa B. tabaci mempunyai
potensi yang baik untuk mengendalikan nimfa B. tabaci di pertanaman cabai
merah.
KATA KUNCI: Bemisia tabaci, keanekaragaman, kelimpahan, parasitoid,
predator
ABSTRACT
Natural Enemy Diversity and Abundance of Bemisia tabaci (Gennadius)
(Hemiptera: Aleyrodidae) on Chili Pepper Fields in Sub-district of Pakem,
District of Sleman, The Special Province of Yogyakarta. Research on natural
enemies of Bemisia tabaci was conducted in the chili pepper fields in Sub-district
of Pakem, District of Sleman, The Special Province of Yogyakarta during the dry
season of May-October 2009. The aims of this research were to study the diversity
*Korespondensi:
Email: purhidayat@gmail.com
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
97
and abundance of parasitoid and predator species associated with B. tabaci.
Samplings of insect species were done using yellow pan trap, sweep net, direct
observation of insects colonized young leaves, and collection of nymphs for B.
tabaci. Measurement of insect diversity was calculated using Shannon’s index
diversity and Evenness index. Nine species of insect predator were identified, i.e.
Harmonia octomaculata (Fabricius), Menochilus sexmaculata (Fabricius),
Scymnus sp., Micraspis inops Mulsant, Coccinella sp. (Coleoptera: Coccinellidae),
Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera: Staphylinidae), Orius sp. (Hemiptera:
Anthocoridae), Linyphiidae sp.1 (Araneae), and Syrphidae sp.1 (Diptera).
Eretmocerus sp. (Hymenoptera: Aphelinidae) was the only parasitoid found in the
nymphs B. tabaci collected and has the potential to control B. tabaci in the red
pepper fields.
KEY WORDS: Bemisia tabaci, diversity, abundance, parasitoid, predator
PENDAHULUAN
Bemisia tabaci tergolong serangga
polifag (Frohlich et al. 1999) dan
tersebar luas di daerah tropik dan
subtropik (Delatte et al. 2005). B.
tabaci dapat menyebabkan terbentuknya
bintik-bintik klorotik pada daun
karena tusukan stiletnya dan penutupan
stomata oleh embun madu yang dihasilkannya
(Byrne & Bellow 1991). B.
tabaci merupakan serangga vektor
yang dilaporkan mampu menularkan
110 jenis virus tanaman (Jones 2003).
Salah satu virus yang ditularkan oleh B.
tabaci adalah pepper yellow leaf curl
virus (PepYLCV) yang menyebabkan
penyakit daun keriting kuning cabai
pada tanaman cabai merah (Tsai et al.
2006). Pertanaman cabai di Indonesia
telah banyak dilaporkan terserang
penyakit daun keriting kuning cabai
yang disebabkan oleh PepYLCV
(Sudiono & Yasin 2006). Kehilangan
hasil tanaman cabai merah akibat
serangan B. tabaci dan penyakit keriting
kuning cabai berkisar antara
20% sampai 100% (Setiawati et al.
2007). Upaya pengendalian yang
umum dilakukan petani adalah penggunaan
insektisida. Namun tindakan
tersebut belum mampu menurunkan
tingkat serangan dari B. tabaci, karena
B. tabaci diduga berasal dari populasi
yang telah resisten terhadap insektisida
seperti golongan organofosfat,
karbamat dan piretroid sintetik (De
Barro 1995; Sugiyama 2005). Pengendalian
hayati merupakan salah
satu komponen pengendalian hama
terpadu yang memiliki peranan dalam
mencegah berkembangnya populasi B.
tabaci yang telah resisten terhadap
insektisida (Hoddle et al. 1998; Faria
& Wraight 2001). Musuh alami memiliki
peranan penting dalam mengendalikan
populasi B. tabaci yang
telah resisten terhadap insektisida
(Naranjo & Ellsworth 2009).
Musuh alami hama B. tabaci
berdasarkan fungsinya dikelompokkan
menjadi predator dan parasitoid (Naranjo
et al. 2002; Gerling et al. 2001),
serta patogen (Gindin et al. 2000; Faria
& Wraight 2001). Kelompok predator
B. tabaci meliputi famili CocciJ.
Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109
98
nellidae, Staphylinidae, Chrysopidae,
Cecidomyiidae, Dolichopodidae, Syrphidae,
Anthocoridae, Miridae, Nabidae,
Phytoseiidae, dan Araneae
(Castineiras 1995; Gerling et al. 2001;
Naranjo et al. 2002). Parasitoid dari B.
tabaci meliputi famili Aphelinidae dan
Platygasteridae (Castineiras 1995;
Gerling et al. 2001). Parasitoid famili
Aphelinidae ordo Hymenoptera merupakan
parasitoid yang potensial sebagai
agen pengendali hayati dan
banyak menyerang nimfa B. tabaci
(Kirk et al. 2001) seperti dari genus
Eretmocerus dan Encarsia (Gerling et
al. 2001). Predator generalis dan parasitoid
dari famili Aphelinidae seperti
genus Eretmocerus dan Encarsia
merupakan faktor pengatur dalam perkembangan
populasi B. tabaci pada
berbagai tanaman (Naranjo & Ellsworth
2009). Informasi keanekaragaman
dan kelimpahan musuh alami B.
tabaci di pertanaman cabai merah
masih sedikit, sedangkan peranan musuh
alami sangat penting dalam mengatur
keseimbangan populasi B.
tabaci. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
keanekaragaman dan kelimpahan
spesies parasitoid dan predator
dari B. tabaci di pertanaman cabai
merah.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta selama musim kemarau
pada bulan Mei sampai Oktober 2009.
Lokasi penelitian berada pada ketinggian
343 meter di atas permukaan laut
dan terletak pada 070 40.814 LS dan
1100 242.51 LU. Identifikasi serangga
parasitoid dan predator dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Serangga,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Persiapan Tanaman Cabai Merah.
Penelitian dilaksanakan pada dua
lahan masing-masing seluas 34 m x 12
m, kedua lahan terletak secara terpisah
dengan jarak 100 m. Setiap lahan
terdiri dari dua petak dengan panjang
16 m dan lebar 10 m, sehingga terdapat
empat petak sebagai ulangan. Setiap
petak terdiri dari lima bedengan
dengan ukuran panjang 15 m, lebar 1
m, dan tinggi 0,4 m serta jarak antar
bedengan 0,5 m. Varietas cabai merah
yang digunakan adalah TM 999 yang
merupakan varietas cabai yang umum
ditanam oleh petani setempat. Bibit
ditanam dengan jarak tanam 50 cm
(dalam barisan) dan 60 cm (antarbaris)
sehingga dalam bedengan terdapat 60
tanaman. Budidaya tanaman cabai
merah mengikuti kebiasaan petani
setempat, kecuali aplikasi insektisida
dan penyiangan gulma yang tidak
dilakukan selama pertumbuhan tanaman.
Pengambilan Sampel.
Pengamatan terhadap keanekaragaman
dan kelimpahan spesies parasitoid
dan predator dari B. tabaci dilakukan
untuk menggambarkan jumlah
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
99
spesies dan kelimpahan parasitoid dan
predator di pertanaman cabai merah.
Metode pengumpulan serangga dilakukan
dengan berbagai cara tergantung
pada jenis serangga dan
habitatnya. Metode pengambilan sampel
serangga dengan jaring ayun
digunakan untuk menangkap serangga
pada daun-daunan atau rumput-rumputan
dan pada areal pertanaman yang
berbentuk perdu seperti pertanaman
cabai merah. Metode pengamatan
langsung dilakukan terhadap spesies
serangga, termasuk predator, yang terdapat
pada tajuk tanaman. Pemerangkapan
merupakan metode pengumpulan
serangga dengan menggunakan
perangkap seperti nampan kuning.
Metode tersebut memiliki kemampuan
memikat predator dan parasitoid secara
fisik. Metode pengumpulan serangga,
termasuk pada stadia nimfa-nimfa, dilakukan
untuk mengetahui jenis-jenis
parasitoid yang berasosiasi dengan
serangga.
Metode pengambilan sampel spesies
parasitoid dan predator dilakukan
dengan menggunakan jaring ayun
(sweep net), nampan kuning (yellow
pan trap), pengamatan langsung, dan
pengumpulan nimfa-nimfa B. tabaci
dari tanaman cabai merah. Jaring ayun
digunakan untuk pengambilan serangga
pada tajuk tanaman atau gulma
yang tumbuh di sekitar pertanaman
cabai merah. Jaring ayun berbentuk
kerucut, mulut jaring terbuat dari
kawat melingkar (diameter 30 cm) dan
jaring terbuat dari kain kasa. Pengambilan
dilakukan dengan mengayunkan
jaring ke kiri dan ke kanan
secara bolak-balik sebanyak 20 kali
sambil berjalan. Perangkap nampan
kuning ditempatkan pada tempat yang
terbuka di pinggir petak pertanaman
cabai merah. Untuk membunuh serangga
yang hinggap pada nampan
kuning, ke dalam nampan tersebut
dimasukkan larutan air sabun untuk
mengurangi tegangan permukaan, sehingga
serangga yang masuk akan
tenggelam dan mati. Pada setiap lahan
pertanaman ditempatkan empat nampan
kuning dan dibiarkan selama 24
jam.
Teknik pengamatan langsung pada
tajuk tanaman juga dilakukan terhadap
predator yang terdapat pada tajuk
tanaman dengan mengamati delapan
tanaman sampel per bedengan. Teknik
pengamatan langsung juga dilakukan
dengan mengumpulkan nimfa-nimfa B.
tabaci yang terdapat pada daun dari
tanaman cabai merah. Metode pengambilan
sampel daun dilakukan secara
acak untuk mengamati nimfa B. tabaci
dari setiap tanaman sampel (delapan
tanaman sampel per bedengan) dengan
mengambil daun dari bagian atas,
tengah, dan bawah dari tanaman. Pada
tanaman sampel diambil enam daun
(dua bagian atas, dua bagian tengah,
dan dua bagian bawah). Daun-daun
sampel disimpan di dalam kantung
plastik untuk dilakukan pemeriksaan
terhadap nimfa B. tabaci dengan
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109
100
menggunakan mikroskop stereo. Daundaun
yang terdapat nimfa B. tabaci
dimasukkan secara terpisah ke dalam
cawan petri dan nimfa-nimfa tersebut
dipelihara sampai menjadi stadia imago.
Parasitoid-parasitoid yang muncul
dikumpulkan dan dilakukan pencatatan
terhadap jenis parasitoid yang muncul.
Serangga yang tertangkap disimpan
dalam botol koleksi yang telah
diisi dengan larutan alkohol 70% untuk
selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium
Taksonomi Serangga, Institut
Pertanian Bogor. Semua serangga yang
diperoleh dipisahkan berdasarkan ordonya
dan identifikasi dilakukan sampai
tingkat takson spesies berdasarkan
Goulet & Huber (1993), Shepard et al.
(1995), Evans & Serra (2002), dan
Evans (2009) serta dihitung jumlahnya.
Pengelompokan serangga parasitoid
dan predator dari B. tabaci dilakukan
berdasarkan panduan dari Gerling et al.
(2001). Pengamatan keanekaragaman
dan kelimpahan spesies parasitoid dan
predator dilakukan setiap minggu,
mulai tanaman cabai merah berumur 1
sampai 16 minggu setelah tanam
(MST).
Analisis data.
Keanekaragaman serangga dihitung
menggunakan indeks keanekaragaman
Shannon dan indeks kemerataan
(Magurran 1996; Krebs 1999).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Spesies Predator
dan Parasitoid
Jumlah spesies predator B. tabaci
yang berhasil tertangkap berbeda-beda
berdasarkan jenis perangkap yang
digunakan. Setelah dilakukan identi
fikasi, spesies-spesies predator tersebut
adalah Linyphiidae sp. (Araneae), H.
octomaculata, M. sexmaculata, Scymnus
sp., M. inops, dan Coccinella sp.
(Coleoptera: Coccinellidae), P. fusci
pes (Coleoptera: Staphylinidae), Orius
sp. (Hemiptera: Anthocoridae), dan
Syrphidae sp.1 (Diptera). Indeks keanekaragaman
Shanon (H) dan indeks
kemerataan (E) spesies predator lebih
tinggi dijumpai pada metode pengamatan
langsung pada tajuk tanaman
yaitu 2,05 dan 0,93. Indeks H dan E
spesies predator pada metode jaring
ayun adalah 1,96 dan 0,89 serta metode
nampan kuning adalah 1,24 dan
0,89. Jumlah spesies parasitoid yang
terkoleksi pada metode jaring ayun,
nampan kuning, dan pengumpulan
nimfa-nimfa B. tabaci adalah berturutturut
2 spesies, 2 spesies, dan 1 spesies.
Spesies parasitoid tersebut adalah
Encarsia sp. dan Eretmocerus sp.
(Hymenoptera: Aphelinidae). Pada metode
pengumpulan nimfa-nimfa B.
tabaci dari daun cabai merah hanya
terdapat satu spesies parasitoid yaitu
Eretmocerus sp. Jumlah spesies parasitoid
lebih tinggi pada metode jaring
ayun dan nampan kuning dibandingkan
metode pengumpulan nimfa-nimfa B.
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
101
tabaci. Keanekaragaman dan sebaran
spesies parasitoid lebih tinggi dijumpai
pada metode jaring ayun yaitu 0,66
dan 0,96 dibandingkan metode nampan
kuning (Tabel 1).
Perolehan serangga predator dari
berbagai metode pengumpulan serangga
menunjukkan bahwa kelompok
predator dari famili Coccinellidae memiliki
jumlah spesies paling tinggi
dibandingkan spesies predator dari
famili lainnya (Tabel 1). Famili Coccinellidae
diketahui sebagai predator
berbagai jenis serangga hama dan lebih
memangsa kutu daun. Walaupun demikian
dilaporkan oleh Gerling et al.
(2001) bahwa spesies predator Coccinellidae
merupakan predator oligofag
yang banyak memangsa nimfa B.
tabaci pada tanaman kapas dan
Dialeurodes citri pada tanaman jeruk.
Dinyatakan oleh Cohen & Brummett
(1997) bahwa kisaran mangsa predator
dari B. tabaci dapat dipengaruhi oleh
kualitas nutrisi mangsa; pada saat
populasi B. tabaci menurun, banyak
spesies predator mencari mangsa yang
sesuai untuk perkembangan dan reproduksinya
misalnya dengan memangsa
kutu daun. Spesies predator
yang memiliki kisaran mangsa yang
luas dapat berada pada tanaman pada
waktu yang lebih lama dan secara
efektif mengatur peledakan populasi B.
tabaci.
Serangga predator lainnya yang
dijumpai dari berbagai metode pengambilan
sampel adalah famili Anthocoridae,
Syrphidae, dan Staphylinidae.
Famili Anthocoridae merupakan
predator penting dalam pengendalian
hayati dan memangsa thrips dan telur
serangga hama seperti Ostrinia
nubilalis (Driesche & Bellows 1996),
kutu daun dan tungau (Bugg et al.
2008). Serangga pradewasa dari famili
Syrphidae merupakan predator yang
memangsa kutu daun dan serangga
hama lainnya (Bugg et al. 2008);
sementara imago dari famili Syrphidae
berperan sebagai polinator pada tanaman
sayuran dan buah-buahan seperti
famili Asteraceae, Brassicaceae, dan
Rosaceae (Ghahari et al. 2008).
Paederus fuscipes merupakan predator
yang juga memangsa B. tabaci
(Gerling et al. 2001). Larva P. fuscipes
hidup dan mencari mangsa pada
permukaan tanah terutama pada daerah
dengan kelembaban tinggi dan banyak
mengandung sisa-sisa tanaman. Imago
P. fuscipes lebih sering berasosiasi
dengan tajuk tanaman untuk mencari
mangsa.
Parasitoid Encarsia sp. dan
Eretmocerus sp. merupakan parasitoid
utama dari B. tabaci seperti dilaporkan
oleh Castineiras (1995) dan Gerling et
al. (2001). Dari hasil pengumpulan
nimfa-nimfa B. tabaci, hanya parasitoid
Eretmocerus sp. yang ditemukan
memarasit nimfa B. tabaci dan parasitoid
Encarsia sp. tidak ditemukan
memarasit nimfa B. tabaci. Hasil
pengamatan di pertanaman cabai merah
menunjukkan bahwa nimfa B.
102
Tabel 1 Jumlah ordo (O), famili (F), spesies (S), jumlah individu (N), indeks keanekaragaman Shannon (H ), dan indeks kemerataan (E)
predator dan parasitoid dari B. tabaci pada setiap metode pengambilan sampel di pertanaman cabai merah pada musim kemarau
Juni sampai Oktober tahun 2009 di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY
Metode pengumpulan
No.
Kelompok
fungsional
Ordo Famili Spesies
Jaring ayun
Nampan
kuning
Pengamatan langsung
pada tajuk tanaman
Pengumpulan
nimfa-nimfa B.
tabaci
1 Predator Araneae Linyphiidae Linyphiidae sp. 1 96 202 -a
2 Predator Coleoptera Coccinellidae H. octomaculata 159 8 186 -
3 Predator Coleoptera Coccinellidae M. sexmaculata 308 24 306 -
4 Predator Coleoptera Coccinellidae Scymnus sp. 46 81 -
5 Predator Coleoptera Coccinellidae Micraspis inops 225 6 141 -
6 Predator Coleoptera Coccinellidae Coccinella sp. 202 166 -
7 Predator Coleoptera Staphylinidae P. fuscipes 261 17 345 -
8 Predator Hemiptera Anthocoridae Orius sp. 21 40 -
9 Predator Diptera Syrphidae Syrphidae sp. 1 53 110 -
Jumlah ordo 4 1 4 -
Jumlah famili 5 2 5 -
Jumlah spesies 9 4 9 -
Jumlah individu 1371 55 1577 -
H 1,9697 1,2468 2,0502 ttb
E 0,8964 0,8994 0,9331 tt
10 Parasitoid Hymenoptera Aphelinidae Encarsia sp. 70 92 -c
11 Parasitoid Hymenoptera Aphelinidae Eretmocerus sp. 109 270 - 695
Jumlah ordo 1 1 - 1
Jumlah famili 1 1 - 1
Jumlah spesies 2 2 - 1
Jumlah individu 179 362 - 695
H 0,6692 0,5668 - tt
E 0,9654 0,8177 - tt
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
102
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
103
tabaci mulai ditemukan terparasit oleh
Eretmocerus sp. pada 2 MST dengan
tingkat parasitisasi mencapai 12,9%.
Selama pertumbuhan tanaman cabai
merah terjadi empat kali peningkatan
parasitisasi parasitoid Eretmocerus sp.
yaitu pada 5 MST, 7 MST, 10 MST,
dan 13 MST dengan tingkat parasitisasi
berturut-turut mencapai 39,1%;
41,1%; 55,5%; dan 57,6%. (Gambar 1).
Proses parasitisasi Eretmocerus sp. di
pertanaman cabai merah dipengaruhi
oleh keragaman vegetasi. Selama pertumbuhan
tanaman cabai merah tidak
dilakukan penyiangan gulma, sehingga
banyak dijumpai gulma yang tumbuh
di bedengan pertanaman. Ekosistem
yang demikian dapat mendukung keberadaan
musuh alami seperti parasitoid
(Smith et al. 1997). Spesiesspesies
gulma yang tumbuh di pertanaman
budidaya berperan sebagai
tempat berlindung imago parasitoid
dan menyediakan inang alternatif musuh
alami seperti menurut Norris &
Kogan (2005).
Spesies gulma yang menjadi inang
B. tabaci dapat bermanfaat dalam
menyediakan inang alternatif dan
konservasi parasitoid Eretmocerus sp.
di pertanaman cabai merah. Castineiras
(1995), Gerling et al. (2001), dan Kirk
et al. (2001), menyatakan bahwa genus
Eretmocerus merupakan parasitoid B.
tabaci yang telah banyak digunakan
untuk pengendalian hayati B. tabaci.
Parasitoid Eretmocerus sp. umumnya
memarasit nimfa B. tabaci instar
ke-2 sampai ke-4, namun preferensinya
lebih tinggi pada nimfa instar ke-2
(Gerling et al. 2001).
Gambar 1. Perkembangan tingkat parasitisasi parasitoid Eretmocerus sp. pada
nimfa B. tabaci selama pertumbuhan tanaman cabai merah pada
musim kemarau Juni sampai Oktober tahun 2009 di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109
104
Parasitoid Eretmocerus sp. dapat
menyelesaikan siklus hidupnya sampai
fase imago pada satu nimfa B. tabaci
atau bersifat soliter. Seperti yang dikatakan
oleh Driesche & Bellows
(1996) dan Hajek (2004), suatu parasitoid
yang perkembangan hidupnya
terjadi pada satu tubuh inang disebut
parasitoid soliter dan bersifat endoparasitoid.
Selanjutnya Zolnerowich &
Rose (2008) menyatakan bahwa parasitoid
Eretmocerus sp. merupakan parasitoid
soliter dan endoparasitoid yang
memarasit nimfa B. tabaci instar kedua
dan imago parasitoid muncul dari
nimfa instar ke-4 yang telah mati.
Genus Eretmocerus memiliki 65
spesies dan semua spesies diketahui
sebagai parasitoid primer kutu kebul
dan banyak diantaranya yang belum
diketahui spesiesnya memarasit B.
tabaci (Zolnerowich & Rose 2008).
Eretmocerus eremicus diketahui efektif
menekan populasi B. tabaci pada
tanaman tomat, cabai, dan melon
(Gerling et al. 2001; Bellamy et al.
2004). Eretmocerus mundus diketahui
dapat memarasit nimfa B. tabaci pada
tanaman cabai, melon, dan lada di
Argentina (López & Andorno 2009).
Kelimpahan Spesies Predator dan
Parasitoid
Serangga-serangga predator yang
berhasil dikumpulkan dari pertanaman
cabai merah telah diidentifikasi berdasarkan
publikasi Gerling et al.
(2001). Serangga predator tersebut terdiri
atas spesies-spesies dari ordo Coleoptera
famili Coccinellidae yaitu
Harmonia octomaculata, Menochilus
sexmaculata, Scymnus sp., Micraspis
inops, dan Coccinella sp., serta famili
Staphylinidae yaitu Paederus fuscipes;
ordo Hemiptera famili Anthocoridae
yaitu Orius sp.; ordo Diptera famili
Syrphidae; dan ordo Areneae yaitu
Linyphiidae. Spesies predator dari B.
tabaci dengan kelimpahan yang paling
tinggi adalah M. sexmaculata dan P.
fuscipes dengan nilai kelimpahan
berturut-turut yaitu 21,2% dan 20,7%;
sedangkan spesies predator dengan
nilai kelimpahan paling rendah adalah
Orius sp. (2,1%) (Gambar 2). Predator
M. sexmaculata merupakan predator
yang sangat potensial dalam pengendalian
hayati hama tanaman seperti B.
tabaci. Dilaporkan oleh Muharam &
Setiawati (2007) bahwa predator M.
sexmaculata mampu memangsa B.
tabaci sebanyak 51,5 ekor selama
periode 24 jam. Selanjutnya, Hidayat
et al. (2009) menyatakan bahwa
berdasarkan distribusi, kelimpahan dan
uji efektivitas, diketahui bahwa spesies
predator yang berpotensi sebagai agens
hayati B. tabaci adalah M. sexmaculata
dan M. inops.
Kelompok fungsional parasitoid
yang berhasil diperoleh dari pertanaman
cabai merah di Pakem, Sleman,
DIY terdiri dari ordo Hymenoptera
famili Aphelinidae yaitu Encarsia sp.
dan Eretmocerus sp. Kelimpahan spesies
parasitoid Eretmocerus sp.
(89,9%) lebih tinggi dibandingkan
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
105
Encarsia sp. (13,1%) (Gambar 2).
Parasitoid Eretmocerus sp. yang lebih
dominan dibandingkan Encarsia sp. di
pertanaman cabai merah diduga terjadi
karena adanya faktor kompetisi terhadap
inang dari kedua parasitoid
tersebut. Parasitoid Eretmocerus sp.
bersifat oligofag yang dapat memarasit
spesies kutu kebul lainnya (Evans &
Serra 2002), sehingga menyebabkan
parasitoid Eretmocerus sp. mudah
dijumpai pada daerah dengan populasi
B. tabaci yang melimpah. Parasitoid
Encarsia sp. diketahui lebih banyak
memarasit kutu kebul Trialeurodes
vaporariorum, Aleurocanthus woglumi,
dan Dialeurodes citri dibandingkan
dengan B. tabaci (Evans 1997; Gerling
et al. 2001), sehingga kelimpahan
parasitoid Eretmocerus sp. lebih tinggi
dibandingkan Encarsia sp. di pertanaman
cabai merah.
Keanekaragaman musuh alami
perlu dipertahankan melalui perlakuan
konservasi sehingga pemanfaatan musuh
alami dapat berlangsung secara
berkelanjutan pada waktu sekarang dan
waktu yang akan datang. Driesche &
Bellows (1996) menjelaskan kegiatan
konservasi musuh alami meliputi (1)
penggunaan pestisida secara terbatas
dan selektif, (2) melestarikan spesies-
Gambar 2 Persentase kelimpahan spesies predator (A) dan parasitoid (B) B.
tabaci dari empat metode pengumpulan serangga yaitu metode jaring
ayun, nampan kuning, pengamatan langsung pada tajuk tanaman, dan
pengumpulan nimfa-nimfa B. tabaci pada tanaman cabai merah
selama musim kemarau Juni sampai Oktober tahun 2009 di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY.
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109
106
spesies gulma yang mendukung inang
parasitoid atau mangsa alternatif predator,
(3) memfasilitasi perpindahan
musuh alami, dan (4) memodifikasi
sistem budidaya tanaman. Konservasi
musuh alami pada area yang berdekatan
dapat meningkatkan keberadaan
parasitoid dan predator yang dapat
membantu menurunkan populasi B.
tabaci dalam jangka panjang. Pengendalian
hayati B. tabaci dengan parasitoid
dan predator merupakan kunci
strategis potensial yang sebagian besar
belum direalisasikan pada tanaman
budidaya (Naranjo 2001).
KESIMPULAN
Pengendalian hayati B. tabaci di
pertanaman cabai merah mempersyaratkan
faktor keanekaragaman parasitoid
dan predator untuk mencapai
kestabilan komunitas. Seranggaserangga
predator yang bersifat oligofag
seperti famili Coccinellidae (H.
octomaculata, M. sexmaculata, Scymnus
sp., M. inops, dan Coccinella sp.)
dan Syrphidae serta bersifat generalis
seperti famili Anthocoridae (Orius sp.)
diperlukan untuk mengendalikan B.
tabaci yang berasosiasi dengan tanaman
cabai merah. Predator tersebut
diharapkan dapat berperan sebagai
pengatur populasi hama sehingga tidak
terjadi peledakan populasi hama.
Parasitoid Eretmocerus sp. merupakan
parasitoid kutu kebul yang berpotensi
untuk mengendalikan B. tabaci di
pertanaman cabai merah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini terlaksana berkat
dukungan dana dari Project ACIARAVRDC
Chilli IDM tahun 2009
melalui Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat,
M.Sc, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Ir. Bagus Kukuh Udiarto, M.P.,
Pak Ngadimin, dan Pak Mardi yang
telah membantu pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bellamy DE. Asplen MK, & Byrne
DN. 2004. Impact of Eretmocerus
eremicus (Hymenoptera:
Aphelinidae) on open-field Bemisia
tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae)
populations. Biol. Control
29:227-234.
Bugg RL, Colfer RG, Chaney WE,
Smith HA, & CannonJ. 2008.
Flower flies (Syrphidae) and
other biological control agents
for aphids in vegetable crops.
ARN Publication 8285:1-25.
Byrne DN. & Bellows Jr. TS. 1991.
Whitefly biology. Ann. Rev.
Entomol. 36:431-457.
Castineiras A. 1995. Natural enemies
of Bemisia tabaci (Homoptera:
Aleyrodidae) in Cuba. Florida
Entomologist 78(3):538-540.
Cohen AC. & Brummett DL. 1997.
The non-abundant nutrient
(NAN) concept as a determinant
of predator-prey fitness. Entomophaga
42:85-91.
De Barro PJ. 1995. Bemisia tabaci biotypes:
a review of itsbiology,
distribution and control. ComHendrival
et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
107
monwealth Scientificand Industrial
Research Organization
Technical Paper 33.
Delatte H, Reynaud B, Granier M,
Thornary L, Lett JM, Goldbach,
R, & Peterschmitt M. 2005. A
new silverleaf-inducing biotype
Ms of Bemisia tabaci (Hemiptera:
Aleyrodidae) indigenous to
the islands of the southwest
Indian Ocean. Bull. Entomol. Res.
95:29-35.
Driesche RG van. & Bellows Jr.TS.
1996. Biological Control. London:
Chapman & Hall.
Evans GA. & Serra CA. 2002.
Parasitoids associated with
whiteflies (Homoptera: Aleyrodidae)
in Hispaniola and
descriptions of two new species
of Encarsia (Hymenoptera:
Aphelinidae). J. Hym. Res.
11(2):197-212.
Evans GA. 1997. A new Encarsia
(Hymenoptera: Aphelinidae)
species reared from the Bemisia
tabaci complex (Homoptera:
Aleyrodidae). Florida Entomologist
80(1):24-27.
Evans GA. 2009. Key to parasitoid
genera associated with whiteflies
(Aleyrodidae). http://www.sel.
barc.usda.gov:8080/1WF/couplet
1.html [diakses 14 Desember
2009].
Faria M. & Wraight SP. 2001. Biologi
cal control of Bemisia tabaci
with fungi. Crop Prot. 20:767-
778.
Frohlich DR, Torres-Jerez I, Bedford
ID, Markham PG, & Brown JK.
1999. A phylogeographical analysis
of the Bemisia tabaci
species complex based on mitochondrial
DNA markers. Mol.
Ecol. 8:1683-1691.
Gerling D, Alomar O, & Arno J. 2001.
Biological control of Bemisia
tabaci using predators and parasitoids.
Crop Prot. 20:779-799.
Ghahari H, Hayat R, Tabari M, &
Ostovan H. 2008. Hover flies
(Diptera: Syrphidae) from rice
fields and around grasslands of
northern Iran. Mun. Ent. Zool.
3(3):275-284.
Gindin G, Geschtovt NU, Raccah B, &
Barash I. 2000. Pathogenicity of
Verticillium lecanii to different
develop-mental stages of the silverleaf
whitefly, Bemisia argentifolii.
Phytoparasitica 28(3):
229-239.
Goulet H. & Huber JT, editor. 1993.
Hymenoptera of the World: An
Identification Guide to Families.
Canada: Canada Communication
Group Publishing.
Hajek AN. 2004. Natural Enemies: An
Introduction to Biological Control.
London: Cambridge University
Press.
Hidayat P, Udiarto BK, Setiawati W,
& Murtiningsih RRR. 2009.
Strategi pemanfaatan musuh
alami dalam pengendalian
Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera:
Aleyrodidae) sebagai
vektor virus kuning pada pertanaman
cabai merah [laporan
penelitian KKP3T]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Hoddle MS, van Driesche RG, Sanderson
JP. & Minkenberg OPJM.
1998. Biological control of
Bemisia argentifolii (Hemiptera:
J. Entomol. Indon., September 2011, Vol. 8, No. 2, 96-109
108
Aleyrodidae) on poinsettia with
inundative releases of Eretmocerus
eremicus (Hymenoptera:
Aphelinidae): do release rates
affect parasitism? Bull. Entomol.
Res. 88:47-58.
Jones D. 2003. Plant viruses transmitted
by whiteflies. Eurp. J.
Plant Pathol. 109:197-221.
Kirk AA, Lacey LA, & Goolsby JA.
2001. Classical biological control
of Bemisia and successful
integration of management strategies
in the United States. in:
Harris, K.F., O.P. Smith, & J.E.
Duffus (ed.), Virus-Insect-Plant
Interactions. London: Academic
Press. p 309-329.
Krebs CJ. 1999. Ecological Metodology.
2rd ed. New York: An
Imprint of Addison Wesley
Longman, Inc.
López SN. & Andorno AV. 2009.
Evaluation of the local population
of Eretmocerus mundus
(Hymenoptera: Aphelinidae) for
biological control of Bemisia
tabaci biotype B (Hemiptera:
Aleyrodidae) in greenhouse peppers
in Argentina. Biol. Control
50:317-323.
Magurran AE. 1996. Ecologycal
Diversity and Its Measurement.
London: Chapman and Hall.
Muharam A & Setiawati W. 2007.
Teknik perbanyakan masal
predator Menochilus sexmaculatus
pengendali serangga Bemisia
tabaci vector virus kuning
pada tanaman cabai. J. Hort.
17(4):365-373.
Naranjo SE. 2001. Conservation andevaluation
of natural enemies in
IPM systems for Bemisia tabaci.
Crop Prot.. 20:835-852.
Naranjo SE, Ellsworth PC, Chu CC, &
Henneberry TJ. 2002. Conservation
of predatory arthropods in
cotton: role of action thresholds
for Bemisia tabaci (Homoptera:
Aleyrodidae). J. Econ. Entomol.
95(4):682-691.
Naranjo SE & Ellsworth PC. 2009.
The contribution of conservation
biological control to integrated
control of Bemisia tabaci in
cotton. Biol. Control 51:458-470.
Norris RF & Kogan M. 2005. Ecology
of interaction between weeds and
arthtropods. Ann. Rev. Entomol.
50:479-503.
Setiawati W, Udiarto BK & Soetiarso
TA. 2007. Selektivitas beberapa
insektisida terhadap hama kutu
kebul (Bemisia tabaci Genn.)
dan predator Menochilus sexmacula
tus Fabr. J. Hort. 17(2):
168-174.
Shepard BM, Barrion AT & Litsinger J.
A. 1995. Serangga, Laba-laba,
dan Patogen yang Membantu.
Untung K, Wirjosuhardjo S,
penerjemah. Jakarta: Program
Nasional Pengendalian Hama
Terpadu, Bappenas. Terjemahan
dari: Helpful Insects, Spiders,
and Pathogens.
Smith JW Jr., Wiedenmann RN., &
Gilstrap FE. 1997. Challenges
and opportunities for biological
control in Ephemeral crop habitats:
an Overview. Biol. Control
10: 2–3.
Sudiono & Yasin N. 2006. Karakteristik
kutu kebul (Bemisia tabaci)
sebagai vektor virus gemini
Hendrival et al.,: Keanekaragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci
109
dengan teknik PCR-RAPD. J.
HPT. Tropika 6(2):113-119.
Sugiyama K. 2005. Management of
whitefly for commercial tomato
production in greenhouses in
Shizuoka, Japan. in: Ku, T.Y. &
Wang C.L, editor. Proc. of the
International Seminar on White
fly Management and Control
Strategy. Taichung, Taiwan, Oct
3-8, 2005. Taichung, Taiwan. p
81–91.
Tsai JH. Wang K. 1996. Development
and reproduction of Bemisia
argentifolii (Homoptera: Aleyrodidae)
on five host plant. J.
Environ. Entomol. 25:810-816.
Zolnerowich G, Rose M. 2008. The
genus Eretmocerus. in: Gould J,
Hoelmer K. & Goolsby J, (ed.).
Classical Biological Control of
Bemisia tabaci in the United
States-A Review of Interagency
Research and Implementation.
Netherlands: Springer. p 89-109.
_____________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar